Google
 

Inspiration

Friday, July 27, 2007

How to Create Your Blog

Taken from http://kolom-mario.blogspot.com

Petunjuk Praktis Membuat Blog

1. Apa itu blog?

Blog adalah situs pribadi. Berbeda dg website yg setiap memposting harus susah payah memakai kode ekstensi .html .php, .asp, dll, blog merupakan otomatisasi dari semua ekstensi tsb. Sehingga karena sudah diotomatisasi, maka kita-kita semua yg lugu teknologi menjadi ostosmastis dapat memposting apa yg kita inginkan persis seperti kita memposting email ke teman atau ke milis.

Dan karena kemudahan inilah, maka semua orang yg tahu internet dapat membuat blog atau situs pribadi; sama halnya dg memiliki email. Tak heran apabila pemilik blog bervariasi: mulai dari pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, tukang jualan sayur di pasar klewer, cewek-cewek "ramah" di pasar senggol, sampai profesor dan menteri-menteri.

2. Bagaimana cara membuat blog?

Seperti halnya email, buat account dulu di free blog provider (pemberi hosting/domain blog gratis). Yg paling populer adalah http://www.blogger.com. Bagi Anda yg sudah agak melek-huruf teknologi bisa juga buat account di http://www.wordpress.com dan http://blogsome.com. Selain yg dua ini masih banyak penyedia blog gratis yg bisa Anda ketahui kemudian. Ikuti pentunjuk step-by-step ketika mendaftar.

3. Setelah selesai register/sign-up di http://blogger.com, anda dapat mulai memposting/mempublish apapun yg Anda inginkan di blog: mulai dari curhat, puisi, cerpen, tulisan serius sampai yg canda.

UPDATE: Daftar Blogger Baru

Sejak Januari 2007 proses pembuatan/ registrasi / sign-up blog di blogger.com lebih dipermudah, sbb:

1. Apabila Anda punya email di gmail.com, maka Anda bisa langsung log-in atau sign-in di blogger.com --> new blogger --> masukkan id/usernama plus password gmail Anda. Dan ikuti proses selanjutnya.

2. Apabila Anda belum punya email di gmail.com, silahkan buat (register/ sign-up) dulu di http://gmail.com --> sign-up. Setelah jadi email gmailnya, kunjungi http://blogger.com --> new blogger --> masukkan id / usernama gmail Anda plus password dan ikuti proses pembuatan blog selanjutnya.

Thursday, July 19, 2007

Wisdom Words

Most of the important things in the world have been accomplished by people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all.

by Dale Carnegie

Law Of Attraction Semudah 1,2,3

From http://fauzirachmanto.blogspot.com/


Banyak teman yang mengatakan pada saya, bahwa mereka umumnya sudah pernah mengalami sendiri berjalannya hukum Law of Attraction (LOA). Bahwa pikiran dan perasaan Anda, akan menarik hal-hal yang berkesuaian kedalam hidup Anda. Likes attract likes. Ini mungkin banyak yang sudah pernah mengalami. Dari sekedar Anda ingat seorang teman, tiba-tiba teman tadi menelpon. Hingga pada saat Anda berniat menjalankan bisnis, tiba-tiba ada kesempatan bisnis yang datang tidak terduga. Namun, hampir semua umumnya terjadi di luar kesadaran. Sementara untuk "menggunakan" LOA secara sadar, kelihatannya masih agak sulit.

Padahal menerapkan Law of Attraction (LOA) secara sadar, ternyata semudah 1,2,3. Paling tidak begitu kata Michael J. Losier. Beliau ini pengarang buku "Law of Attraction" (2006), yang pemikiran-pemikirannya banyak terinspirasi oleh Jerry dan Ester Hicks. Tidak hanya Losier, konsep yang diajarkan Joe Vitale pun banyak yang mirip dengan konsep dari Ester Hicks. Bahkan di Indonesia banyak praktisi LOA, pengajar, dan motivator yang sering mengajarkan ini. Namun sayangnya, karena buku dan tulisan yang banyak beredar di Indonesia jarang menyebut referensi nya dari mana, maka ketika ada beberapa detil yang hilang, jadi sedikit membingungkan. Selain itu, banyak teman saya yang mengalami kesulitan melakukan teknik-teknik visualisasi canggih seperti yang sering diajarkan. Saya juga begitu. Saya termasuk orang yang lebih mudah menulis daripada bervisualisasi. Jadi kadang niatnya saja bervisualisasi, tapi ujung-ujungnya malah ketiduran.

Nah, akan saya coba sampaikan 3 langkah mudah menerapkan LOA menurut Michael J. Losier, yang menurut saya cukup lengkap namun sederhana. Anda yang sudah mencoba LOA secara sadar silakan membandingkan dengan praktek Anda. Tiga langkah ini oleh Michael J. Losier disebut sebagai "Deliberate Attraction". Maksudnya proses attraction yang kita lakukan secara sadar. Ah, jangan kepanjangan, mari kita mulai saja.

Satu.

Kalau Anda pernah nonton film the Secret, Anda pasti ingat wajah Pak Tua Bob Proctor, yang dengan muka serius bertanya: "what do you really want?" Di sampul DVD asli nya bahkan ada selembar kertas kosong, dimana Bob meminta kita menuliskan, apa sebetulnya yang kita mau. Memang langkah awal ini penting. Michael J. Losier menyebut langkah pertama ini sebagai langkah mengidentifikasikan hasrat kita (identify your desire). Mengidentifikasikan apa yang sebetulnya kita inginkan. Nah, ini yang gampang-gampang susah. Biasanya ketika ditanya "jadi sebetulnya kamu mau apa?", mulut langsung terkunci, pikiran jadi blank. Atau sebaliknya, nyerocos tanpa henti dari A sampai Z, sampai gak jelas mau apa. Nah, supaya jelas gunakanlah "clarity through contrast worksheet".

Caranya? Pertama, tentukan dulu di "prominent area" apa Anda ingin identifikasikan hasrat Anda ini. Misalnya, dalam area karir, keuangan, kesehatan, keluarga atau asmara juga boleh, kalau mau. Katakan Anda akan membuat worksheet untuk keuangan, maka ambil selembar kertas, tulis judulnya: Kondisi Keuangan Idealku. Ini contoh saja, Anda bisa kreatif sedikit lah. Misalnya kalau soal asmara, tulis saja: Pacar Idealku, dsb.

Di bawah judul, buat tabel dua kolom. Kolom sebelah kiri sebut saja kolom "contrast". Di kolom ini cantumkan hal-hal yang Anda tidak mau terjadi. Karena manusia memang aneh. Ketika disuruh mengungkapkan hal-hal yang gak disukai biasanya lebih gampang. Tuliskan satu item untuk satu baris. Misalnya kalau dalam hal keuangan: 1. Selalu kekurangan uang, 2. Penghasilan pas-pas an, 3. Penghasilan gak naik-naik, 4. Cuma mengandalkan penghasilan dari satu sumber, 5. Penghasilan tidak cukup untuk menyekolahkan anak di sekolah terbaik, dst. Gampang kan? Sounds familiar? Hehehe … maaf ya, saya gak maksud nyinidir siapa2. Tuliskan sebanyak yang Anda mau.

Kemudian, baca setiap item. Dan kemudian tanyakan: "Jadi, apa yang kamu inginkan? Nah, lalu tulis jawabannya di kolom sebelah kanan, kita sebut saja kolom "clarity". Misalnya item 1: "Selalu kekurangan uang". Ini tidak Anda inginkan, jadi tanyakan: "Jadi, apa yang kamu inginkan?", nah tulis jawaban Anda, misalnya: "Selalu memiliki uang dalam jumlah yang stabil dan melimpah". Jawaban ini yang kita tulis di kolom clarity, dan kemudian jangan lupa coret kalimat di kolom contrast. Selesai satu item, ulangi untuk setiap item yang sudah Anda tulis.

Akhir dari langkah pertama ini, Anda akan memiliki daftar apa yang sebetulnya Anda inginkan. Anda bisa membuat beberapa worksheet sesuai prominent area yang sedang ingin Anda kerjakan.

Dua.

Nah, setelah jelas keinginan Anda. Langkah ke dua adalah memberi perhatian dan perasaan atas keinginan tadi, sehingga vibrasi nya akan semakin kuat. Michael J. Losier termasuk yang skeptis dengan efektifitas afirmasi tradisional, sehingga menganjurkan untuk memodifikasi. Alternatifnya? Dengan membuat "Desire statement". Nah, ambil kertas kosong lagi. Hehehe … saya lupa mengingatkan ya, Anda harus sediakan alat tulis dan kertas banyak2. Kemudian tulis desire statement Anda dalam tiga bagian. Alinea pertama, adalah opening sentence, tuliskan: "Saya sedang dalam proses menarik segala sesuatu yang perlu saya lakukan, ketahui, dan miliki untuk menarik …."Nah, titik2 nya silakan diisi sesuai judul prominent area yang sedang Anda kerjakan. Misalnya, dari contoh di atas adalah "situasi keuangan ideal saya".

Bagian kedua adalah batang tubuh (body) desire statement itu sendiri. Disini Anda mulai berikan perhatian dan perasaan. Anda tuliskan kembali poin-poin keinginan yang sudah Anda identifikasikan di clarity through contrast worksheet, kedalam kalimat-kalimat positif yang penuh emosi. Caranya dengan menggunakan kata-kata seperti: "Saya sangat senang, bahwa …", "Saya sangat bahagia dan bersemangat, mengetahui bahwa …". Dan semacam itu. Contoh? Misalnya: "Saya sangat bahagia dan bersemangat bahwa kondisi keuangan ideal saya memungkinkan saya selalu memiliki uang dalam jumlah yang stabil dan melimpah", dsb. Rasakan emosi nya sewaktu Anda menuliskan. Apalagi kalau sudah menyangkut keluarga. Misalnya, "Saya sangat berbahagia dan penuh semangat, bahwa kondisi keuangan ideal saya memungkinkan saya menyekolahkan anak saya di sekolah yang terbaik …". Bagian ini bisa terdiri dari beberapa alinea sesuai jumlah desire yang sudah Anda identifikasikan.

Bagian ketiga adalah penutup. Tuliskan satu alinea yang menjadi closing sentence, misalnya: "Law of Attraction bekerja dan menggerakkan apa yang perlu terjadi untuk terwujudnya hasrat saya". Oh ya, ini contoh saja dari Michael Losier. Anda mungkin kurang sreg dengan bunyi kalimatnya. Menurut saya, ya Anda harus sreg dengan apa yang Anda tuliskan, jadi silakan dimodifikasi sendiri. Point nya adalah memberi perhatian dan perasaan pada point2 yang sudah Anda identifikasikan.

Tiga.

Bagian ketiga adalah "allowing". Ya meskipun Anda memiliki hasrat yang membara, namun jika disertai dengan keraguan yang kuat, sama saja anda tidak membiarkan LOA bekerja. Umumnya yang membatasi adalah keraguan bahwa apa yang sudah Anda tulis akan ditarik kedalam hidup Anda. Tapi tenang, karena sekali lagi Losier memberikan kita cara praktis. Nah, kalau Anda masih punya cukup persediaan kertas, ambil selembar lagi, dan siaplah menulis "allowing statement". Tujuannya adalah menyingkirkan keraguan Anda.

Caranya? Pertama biarkan keraguan Anda muncul melalui pernyataan "tapi …" dan "karena …". Biasanya setelah membaca Desire Statament Anda muncul berbagai keraguan, tuliskan saja. Misalnya, keraguan Anda adalah: "Tapi … saya saat ini tidak punya uang sama sekali, karena … saya nyaris bangkrut …". Tulis. Berapapun banyaknya keraguan Anda, tulis semua. Paling tidak selesai latihan ini, Anda jadi lebih pandai menulis, hehehe … Kemudian, atas pernyataan yang sudah Anda tulis, sampaikan pertanyaan: "Adakah di dunia ini orang yang (dalam kondisi seperti Anda), namun bisa mencapai (kondisi ideal Anda)?". Misalnya dalam contoh ini, maka pertanyaannya adalah: "Adakah di dunia ini, orang yang nyaris bangkrut, namun kemudian bisa memiliki kondisi keuangan yang stabil dan berlimpah?". Ingat baik-baik, apakah ada orang yang seperti itu. Saya yakin pasti ada. Nah, Jawab pertanyaan tadi secara tertulis. Misalnya, "Di dunia ini, banyak sekali orang yang pernah hampir bangkrut, namun bisa bangkit dan memiliki keuangan yang berlimpah …". Anda akan rasakan bahwa keraguan Anda tidak beralasan sama sekali, karena ada orang lain yang pernah dalam kondisi seperti Anda namun bisa mewujudkan hasrat yang Anda inginkan.

Demikian beberapa latihan yang pernah saya baca dari buku Law of Attraction nya Michael J. Losier. Tentu tidak sampai disitu saja, ada beberapa latihan praktis lagi yang akan semakin memperkuat vibrasi untuk menarik yang Anda inginkan. Misalnya dengan membuat "book of proof", dimana Anda catat semua kejadian yang menjadi bukti bahwa LOA yang Anda niatkan terjadi. Kemudian membuat "appreciation and gratitude statement", dimana setiap hari Anda menulis jurnal yang isinya rasa syukur dan apresiasi Anda atas kejadian-kejadian positif yang mulai terjadi pada diri Anda. Sekecil apapun.

Relatif mudah bukan? Nah kini Anda siap mencoba membuktikan LOA secara sadar. Selamat mencoba. (FR)

Wednesday, July 18, 2007

TrekStor Launches 1 Terabyte Hard Disk

From TrekStor and Detik

DataStation duo w.u. comes with 1000 gigabytes storage and full edition Nero BackItUp software solution

Jakarta, Dengan USB mungil ini, anda bisa menampung 'bergunung-gunung' data yang anda inginkan. Bayangkan saja, kapasitasnya mencapai 1024 GB.

Biasanya, USB (Universal Serial Bus) yang kita jumpai di pasaran Indonesia hanya punya kapasitas maksimal sampai 2 GB. Namun, perusahaan TrekStor asal Jerman memperkenalkan sebuah USB berukuran 3,5 inchi berkapasitas 1 Terabyte atau 1024 GB.

Sejauh ini, produk itu menjadi USB dengan kapasitas terbesar yang pernah diciptakan perusahaan asal tanah Bavaria tersebut.

USB ini bisa digunakan untuk menampung banyak data yang diinginkan dari komputer dengan sistem operasi Windows, Linux ataupun Mac.

Dari sisi teknologi, USB bernama DataStation itu menggabungkan dua hardisk mungil berukuran 500 GB menjadi satu unit.

USB ini juga memiliki fitur software yang disebut BackItUp2. Fitur ini bisa mengompresi file untuk menurunkan volume kapasitas data. Fitur proteksi informasi dengan password juga tersedia sehingga jika diperlukan, hanya sang pemilik yang bisa mengakses USB ini.

Fitur DataStation yang lain termasuk tombol on/off di panel depannya, dan alumunium dengan teknologi yang bisa menggantikan fungsi kipas untuk mencegah panas berlebihan.

Seperti dikutip detikINET dari ITNews, Selasa (17/7/2007), USB ini dijual bersama dengan kabel USB 2.0, power supply eksternal, dan software untuk back up. (wsh/wsh

Tuesday, July 17, 2007

Menghadirkan Kebahagiaan


Diambil dari blog Fauzi Rachmanto

Wahai Anda para pencari kebahagiaan, ada ucapan tiga orang yang ingin saya kutip, dan mohon Anda baca dan renungkan baik-baik:

"Sekarang saya jauh lebih baik, secara fisik, finansial, mental dan hampir dalam segala hal …" (JW)

"Sebuah pengalaman yang luar biasa …" (MB)

"Saya belum pernah bisa menghargai orang lain seperti yang saya rasakan sekarang …" (CR)

Ucapan-ucapan yang luar biasa bukan? Ucapan yang pantas diucapkan oleh orang-orang yang telah mencapai puncak kebahagiaan. Anda mau menjadi seperti mereka? Jika saya katakan bahwa mereka bertiga mengucapkan kalimat di atas selepas mengikuti sebuah pelatihan, Anda mau mengikuti pelatihan tadi? Mau … ? Wah, banyak yang langsung menganggukkan kepala.

OK, mungkin perlu sedikit dijelaskan tentang siapa yang mengucapkan kutipan di atas. JW, adalah Jim Wright, mantan anggota House of Representative Amerika Serikat yang dipaksa mundur secara tidak hormat karena melanggar kode etik, MB adalah Moreese Bickham, mantan napi, kutipan diatas adalah ucapan selepas masa tahanannya, dan CR adalah Christopher Reeves, sang Superman yang mengucapkan kalimat di atas setelah terkena lumpuh. Semua mengucapkan ucapan di atas setelah menjalani "pelatihan" yang sangat berat dalam hidupnya. Nah, Anda mau mengikuti "pelatihan kebahagiaan" seperti mereka? Gak mau? Hehehe … kok sekarang gak mau?

Ya, Anda mungkin serentak menggelengkan kepala. Sekaligus mungkin jadi penasaran bagaimana mungkin orang dapat mengucapkan hal-hal yang demikian luar biasa, justru setelah mengalami musibah. Sementara Anda mungkin sudah mengikuti puluhan pelatihan motivasi dan melahap ratusan buku self help, dan belum mampu mengucapkan kalimat-kalimat seperti di atas.

Semua orang pasti menginginkan kebahagiaan. Tapi apakah kebahagiaan itu? Apakah pengertiaan kebahagiaan menurut "seorang" Lori dan Reba Schapel, pasangan kembar siam yang sangat berbahagia dan mampu berprestasi, yang hingga dewasa tidak pernah bersedia menjalani operasi pemisahan, sama dengan kebahagiaan seorang Paris Hilton yang rupawan dan mewarisi kerajaan bisnis Hilton, namun masih harus repot dengan urusan penggunaan obat terlarang?

Jadi, jika kebahagiaan begitu penting, lalu apakah kebahagiaan itu?

Siapakah yang lebih bahagia, George Eastman pelopor proses fotografi, salah satu pelopor prinsip manajemen modern, dan pendiri Kodak, yang penjualan kamera nya menguasai dunia itu, atau Adolph Fischer, anggota serikat buruh dalam sejarah Amerika Serikat yang ditangkap atas tindakan yang tidak pernah dilakukan, diadili dengan saksi bayaran, dan dihukum mati? Anda, dan juga saya, tentu yakin George Eastman lebih bahagia. Namun kenapa justru Fischer yang mengatakan "Ini saat paling membahagiakan dalam hidup saya …" beberapa detik sebelum tali gantungan merenggut nyawanya. Dan George Eastman, mati bunuh diri di kamar kerja nya!

Kutipan di atas saya ambil dari buku "Stumbling on Happiness " yang ditulis secara sangat cerdas oleh Daniel Gilbert. Buku yang merangkum pemikiran-pemikiran mutakhir tentang kebahagiaan dengan cara yang sangat humoris ini memang dalam banyak detilnya mampu mengguncang pengetahuan dan keyakinan kita tentang kebahagiaan. Sayangnya tidak ada jawaban instan dalam buku "Stumbling on Happiness". Kalau Anda penggemar cerita detektif dan punya rasa penasaran yang tinggi, Anda akan sangat menikmati tulisan Dan Gilbert yang akan membawa Anda memasuki lorong-lorong pemikiran tentang kebahagiaan. Sebaliknya jika Anda penggemar buku self-help yang berharap mendapat tips praktis, Anda akan kecewa, karena buku ini sama sekali bukan buku self-help. Justru Gilbert sepanjang bukunya menyisakan pertanyaan besar, mengapa manusia selalu gagal untuk memperkirakan hal-hal apa sajakah yang akan membuat diri nya merasa bahagia di masa mendatang.

Kebahagiaan demikian penting, hampir semua sepakat. Always "feel good" demikian pesan di ujung film the Secret nya Rhonda Byrne. Gunakan "the Power of Positive Feeling", demikian pesan Pak Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas. Bahkan lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kebahagiaan adalah fitrah manusia. Namun mengapa begitu sering kita tidak merasa bahagia. Padahal kita paham kalau dalam hukum Law of Attraction dikatakan "likes attract likes", bahwa perasaan bahagia akan menarik hal-hal yang akan membuat kita bahagia. Namun mengapa begitu sulit untuk selalu menghadirkan rasa bahagia di hati kita.

Kadang kita merasakan kebahagiaan yang meluap, ketika kita sedang berkumpul dan bercanda bersama keluarga. Namun perasaan itu bisa lenyap begitu saja, ketika kita sendirian. Kita merasa begitu bahagia ketika berhasil mewujudkan yang kita inginkan, namun tidak berapa lama rasa cemas dan khawatir kembali menyergap hati kita. Kalau diibaratkan hati kita sebagai rumah, kebahagiaan seringkali hanya mampir sebagai tamu, menginap sesaat, dan pergi lagi, namun masih enggan menetap menjadi penghuni di hati kita. Wah, kalau begini, bagaimana kita bisa selalu "feel good"?

Ada yang mencoba menghadirkan kebahagiaan melalui kepemilikan materi, uang yang banyak, rumah yang mewah, mobil yang bagus. Namun justru semakin tidak bahagia, karena selalu merasa kurang uang, mobilnya kurang bagus, dan rumahnya kurang mewah. Belum lagi kalau mengalami kehilangan materinya. Ada juga yang mencoba mewujudkan kebahagiaan dengan berbagai aktifitas. Mulai dari ikut pesta, berwisata ke luar negeri, hingga nonton konser atau pertandingan olahraga. Namun, rasa bahagia berakhir ketika pesta berakhir. Kebahagiaan pergi ketika mereka harus kembali pulang ke rumah, atau ketika konser atau pertandingan berakhir.

Karena semua yang ingin dimiliki atau dilakukan tadi, ternyata hanya sekedar menghadirkan kesenangan. Namun bukan kebahagiaan.

Jadi, bagaimana menghadirkan kebahagiaan?

Dalam buku "How We Choose To Be Happy" yang ditulis Rick Foster dan Greg Hicks pertanyaan ini menjadi tema sentral. Bagaimana kita bisa menghadirkan kebahagiaan yang terus menerus di hati kita? Ternyata menurut Foster dan Hicks, setelah meneliti orang-orang yang luar biasa bahagia, ada 9 choices yang selalu dilakukan oleh orang-orang tersebut. Jika Anda ingin menghadirkan kebahagiaan secara berkesinambungan dan berkesadaran, Anda bisa mencontoh choices mereka. Cukup panjang kalau dibahas semua. Namun, menurut saya, untuk memulai, paling tidak Anda bisa mencontoh dua hal:

Berniatlah Untuk Bahagia. Kedengarannya begitu sederhana, namun betapa jarang kita lakukan. Bisakah Anda mulai sekarang, setiap hari, meniatkan dan berjanji dalam hati, bahwa hari ini Anda akan merasakan kebahagiaan, apapun pengalaman yang akan Anda alami? Dan sepanjang hari, jaga kesadaran Anda bahwa Anda sudah memilih untuk bahagia, apapun peristiwa yang terjadi di depan Anda. Setiap pagi ketika akan memulai hari Anda, ingatlah lagi komitmen Anda ini.

Bertanggungjawablah. Anda sendiri yang bertanggungjawab atas kebahagiaan Anda. Jadi, mulai sekarang, apapun peristiwa yang Anda alami, pilihan untuk bahagia atau tidak bahagia, ada di tangan Anda. Jangan pernah menimpakan kesalahan ke orang lain. Hilangkan kalimat bahwa: "saya jadi tidak bahagia karena si … " Orang-orang yang luar biasa bahagia, selalu merasa in control, bukan korban atas perbuatan orang lain atau peristiwa yang tengah di alami. Mereka mengendalikan hidupnya secara sadar, dan selalu memilih untuk bahagia.

Dua pilihan yang begitu mudah dibaca, namun cukup menantang untuk dipraktekkan. Saya juga sedang berlatih. InsyaAllah dengan menjalankan dua pilihan orang-orang yang luar biasa bahagia tadi, semoga kebahagiaan dapat lebih betah singgah di hati Anda. Untuk kemudian menetap. Selamanya. (FR)

Information System

From Wikipedia, the free encyclopedia

Information System (IS) is the system of persons, data records and activities that process the data and information in a given organization, including manual processes or automated processes. Usually the term is used erroneously as a synonymous for computer-based information systems, which is only the Information technologies component of an Information System. The computer-based information systems are the field of study for Information technologies (IT); however these should hardly be treated apart from the bigger Information System that is always envolved in.

The IT Department partly governs the information technology development, use, application and influence on a business or corporation . A computer based information system, following a definition of Langefors[1], is a technologically implemented medium for recording, storing, and disseminating linguistic expressions, as well as for drawing conclusions from such expressions. Information systems are also social systems whose behaviour is heavily influenced by the goals, values and beliefs of individuals and groups, as well as the performance of the technology.[2] Ciborra (2002) defines the study of information systems as the study that “deals with the deployment of information technology in organizations, institutions, and society at large.”[3]

  • In information systems, an information system consists of three components: human, technology, organization. In this view, information is defined in terms of the three levels of semiotics. Data which can be automatically processed by the application system corresponds to the syntax-level. In the context of an individual who interprets the data they become information, which correspond to the semantic-level. Information becomes knowledge when an individual knows (understands) and evaluates the information (e.g., for a specific task). This corresponds to the pragmatic-level.
  • In general systems theory, an information system is a system, automated or manual, that comprises people, machines, and/or methods organized to collect, process, transmit, and disseminate data that represent user information.

(Federal Standard 1037C, MIL-STD-188, and National Information Systems Security Glossary)

  • In computer security, an information system is described by five objects (Aceituno, 2004):
    • Structure:
      • Repositories, which hold data permanent or temporarily, such as buffers, RAM, hard disks, cache, etc.
      • Interfaces, which exchange information with the non-digital world, such as keyboards, speakers, scanners, printers, etc.
      • Channels, which connect repositories, such as buses, cables, wireless links, etc. A Network is a set of logical or physical channels.
    • Behaviour:
      • Services, which provide value to users or to other services via messages interchange.
      • Messages, which carries a meaning to users or services.

Management Information Systems
(MIS)

Is a general name for the academic discipline covering the application of people, technologies, and procedures — collectively called information systems — to solve business problems. MIS are distinct from regular information systems in that they are used to analyze other information systems applied in operational activities in the organization.[1] Academically, the term is commonly used to refer to the group of information management methods tied to the automation or support of human decision making, e.g. Decision Support Systems, Expert systems, and Executive information systems.[1]

Monday, July 16, 2007

Muhammad - The Most Influential Man in History

From the 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History
by Michael H. Hart

My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular levels.

Of humble origins, Muhammad founded and promulgated one of the world's great religions, and became an immensely effective political leader. Today, thirteen centuries after his death, his influence is still powerful and pervasive.

The majority of the persons in this book had the advantage of being born and raised in centers of civilization, highly cultured or politically pivotal nations. Muhammad, however, was born in the year 570, in the city of Mecca, in southern Arabia, at that time a backward area of the world, far from the centers of trade, art, and learning. Orphaned at age six, he was reared in modest surroundings. Islamic tradition tells us that he was illiterate. His economic position improved when, at age twenty-five, he married a wealthy widow. Nevertheless, as he approached forty, there was little outward indication that he was a remarkable person.

Most Arabs at that time were pagans, who believed in many gods. There were, however, in Mecca, a small number of Jews and Christians; it was from them no doubt that Muhammad first learned of a single, omnipotent God who ruled the entire universe. When he was forty years old, Muhammad became convinced that this one true God (Allah) was speaking to him, and had chosen him to spread the true faith.

For three years, Muhammad preached only to close friends and associates. Then, about 613, he began preaching in public. As he slowly gained converts, the Meccan authorities came to consider him a dangerous nuisance. In 622, fearing for his safety, Muhammad fled to Medina (a city some 200 miles north of Mecca), where he had been offered a position of considerable political power.

This flight, called the Hegira, was the turning point of the Prophet's life. In Mecca, he had had few followers. In Medina, he had many more, and he soon acquired an influence that made him a virtual dictator. During the next few years, while Muhammad s following grew rapidly, a series of battles were fought between Medina and Mecca. This was ended in 630 with Muhammad's triumphant return to Mecca as conqueror. The remaining two and one-half years of his life witnessed the rapid conversion of the Arab tribes to the new religion. When Muhammad died, in 632, he was the effective ruler of all of southern Arabia.

The Bedouin tribesmen of Arabia had a reputation as fierce warriors. But their number was small; and plagued by disunity and internecine warfare, they had been no match for the larger armies of the kingdoms in the settled agricultural areas to the north. However, unified by Muhammad for the first time in history, and inspired by their fervent belief in the one true God, these small Arab armies now embarked upon one of the most astonishing series of conquests in human history. To the northeast of Arabia lay the large Neo-Persian Empire of the Sassanids; to the northwest lay the Byzantine, or Eastern Roman Empire, centered in Constantinople. Numerically, the Arabs were no match for their opponents. On the field of battle, though, the inspired Arabs rapidly conquered all of Mesopotamia, Syria, and Palestine. By 642, Egypt had been wrested from the Byzantine Empire, while the Persian armies had been crushed at the key battles of Qadisiya in 637, and Nehavend in 642.

But even these enormous conquests-which were made under the leadership of Muhammad's close friends and immediate successors, Abu Bakr and 'Umar ibn al-Khattab -did not mark the end of the Arab advance. By 711, the Arab armies had swept completely across North Africa to the Atlantic Ocean There they turned north and, crossing the Strait of Gibraltar, overwhelmed the Visigothic kingdom in Spain.

For a while, it must have seemed that the Moslems would overwhelm all of Christian Europe. However, in 732, at the famous Battle of Tours, a Moslem army, which had advanced into the center of France, was at last defeated by the Franks. Nevertheless, in a scant century of fighting, these Bedouin tribesmen, inspired by the word of the Prophet, had carved out an empire stretching from the borders of India to the Atlantic Ocean-the largest empire that the world had yet seen. And everywhere that the armies conquered, large-scale conversion to the new faith eventually followed.

Now, not all of these conquests proved permanent. The Persians, though they have remained faithful to the religion of the Prophet, have since regained their independence from the Arabs. And in Spain, more than seven centuries of warfare 5 finally resulted in the Christians reconquering the entire peninsula. However, Mesopotamia and Egypt, the two cradles of ancient civilization, have remained Arab, as has the entire coast of North Africa. The new religion, of course, continued to spread, in the intervening centuries, far beyond the borders of the original Moslem conquests. Currently it has tens of millions of adherents in Africa and Central Asia and even more in Pakistan and northern India, and in Indonesia. In Indonesia, the new faith has been a unifying factor. In the Indian subcontinent, however, the conflict between Moslems and Hindus is still a major obstacle to unity.

How, then, is one to assess the overall impact of Muhammad on human history? Like all religions, Islam exerts an enormous influence upon the lives of its followers. It is for this reason that the founders of the world's great religions all figure prominently in this book . Since there are roughly twice as many Christians as Moslems in the world, it may initially seem strange that Muhammad has been ranked higher than Jesus. There are two principal reasons for that decision. First, Muhammad played a far more important role in the development of Islam than Jesus did in the development of Christianity. Although Jesus was responsible for the main ethical and moral precepts of Christianity (insofar as these differed from Judaism), St. Paul was the main developer of Christian theology, its principal proselytizer, and the author of a large portion of the New Testament.

Muhammad, however, was responsible for both the theology of Islam and its main ethical and moral principles. In addition, he played the key role in proselytizing the new faith, and in establishing the religious practices of Islam. Moreover, he is the author of the Moslem holy scriptures, the Koran, a collection of certain of Muhammad's insights that he believed had been directly revealed to him by Allah. Most of these utterances were copied more or less faithfully during Muhammad's lifetime and were collected together in authoritative form not long after his death. The Koran therefore, closely represents Muhammad's ideas and teachings and to a considerable extent his exact words. No such detailed compilation of the teachings of Christ has survived. Since the Koran is at least as important to Moslems as the Bible is to Christians, the influence of Muhammed through the medium of the Koran has been enormous It is probable that the relative influence of Muhammad on Islam has been larger than the combined influence of Jesus Christ and St. Paul on Christianity. On the purely religious level, then, it seems likely that Muhammad has been as influential in human history as Jesus.

Furthermore, Muhammad (unlike Jesus) was a secular as well as a religious leader. In fact, as the driving force behind the Arab conquests, he may well rank as the most influential political leader of all time.

Of many important historical events, one might say that they were inevitable and would have occurred even without the particular political leader who guided them. For example, the South American colonies would probably have won their independence from Spain even if Simon Bolivar had never lived. But this cannot be said of the Arab conquests. Nothing similar had occurred before Muhammad, and there is no reason to believe that the conquests would have been achieved without him. The only comparable conquests in human history are those of the Mongols in the thirteenth century, which were primarily due to the influence of Genghis Khan. These conquests, however, though more extensive than those of the Arabs, did not prove permanent, and today the only areas occupied by the Mongols are those that they held prior to the time of Genghis Khan.

It is far different with the conquests of the Arabs. From Iraq to Morocco, there extends a whole chain of Arab nations united not merely by their faith in Islam, but also by their Arabic language, history, and culture. The centrality of the Koran in the Moslem religion and the fact that it is written in Arabic have probably prevented the Arab language from breaking up into mutually unintelligible dialects, which might otherwise have occurred in the intervening thirteen centuries. Differences and divisions between these Arab states exist, of course, and they are considerable, but the partial disunity should not blind us to the important elements of unity that have continued to exist. For instance, neither Iran nor Indonesia, both oil-producing states and both Islamic in religion, joined in the oil embargo of the winter of 1973-74. It is no coincidence that all of the Arab states, and only the Arab states, participated in the embargo.

We see, then, that the Arab conquests of the seventh century have continued to play an important role in human history, down to the present day. It is this unparalleled combination of secular and religious influence which I feel entitles Muhammad to be considered the most influential single figure in human history.

The following is from Michael Hart's book and lists Prophet Muhammad as the most influential man in History: